22

"Kak? Ini beneran kak Zee?"

Yang ditanya mengangguk mantap, dadanya dibusungkan, merasa bangga pada diri sendiri.

"Iya dong, keren kan gue? Si Kitoy, eh Kitty, eh Siti, eh siapa sih itu, ah iya si Christy, dia kan gue tipu," jelasnya memberi tahu seraya membantu Marsha berdiri.

"Ditipu gimana...?"

Zee menaik-turunkan alisnya seraya menunjukkan sesuatu kepada Marsha, sebuah tabung kecil berisi cairan berwarna kuning keemasan dan sedikit berkilau.

"Ini senjata rahasianya, dengan ramuan ini kita bisa bikin duplikat diri kita sendiri. Yang dibunuh Muthe itu duplikatnya, bukan gue. Pas gue sama Gita dikejar sama Christy dan Muthe, gue berpencar sama Marsha. Disitulah gue gunain senjata ini, tadinya gue pingin ngeracunin mereka, tapi gak tega."

"Te-terus Kak Gita?" tanya Kathrina.

Zee tersenyum seraya melingkarkan lengan Gita yang tak sadarkan diri di pundaknya, memapahnya dibantu oleh Kathrina.

"Dia juga minum ramuan ini. Tapi, kenapa kita berdua diumumin kalah? Itu lah kelebihan ramuan ini, yang minum ini bakal diumumin udah mati walaupun masih hidup. Gue ketemu Marsha pas dia lagi sembunyi di bawah puing-puing bangunan, terus gue suruh dia minum ini dan pura-pura mati pas gue bohongan tusuk perutnya pake belati."

Syukurlah kalau begitu, mereka bisa memenangkan permainan bersama, sesuai apa kata Adel yang berkata kalau pemenang bisa berasal dari Base yang berbeda.

"Sekarang ayo kita ke atas, gerbangnya bentar lagi roboh, jangan sampe kita diserang zombie disini," ajak Zee.

Dengan hati-hati mereka memapah Gita, tangganya sangat licin, mereka bisa terpeleset bila terburu-buru. Marsha sesekali menoleh ke belakang, lebih tepatnya ke arah gerbang.

Gerbang itu terus bergoyang ke depan karena zombie-zombie disana berusaha masuk dengan cara mendorongnya. Jumlahnya banyak, mereka tidak mungkin menang bila harus berhadapan dengan mereka.

"Sha."

"Ya?"

Zee mengarahkan pedangnya ke depan Marsha, menyuruhnya berhenti. Mereka sudah tiba di atas, namun kemana Amanda dan Christy?

Mengapa keduanya tidak ada?

"Ada yang gak beres," gumam Zee, firasatnya buruk.

Benar juga, sejak tadi tidak terdengar suara keduanya ataupun senjata. Mereka berdua pergi kemana?

"HIYAAAAK!"





















Tendangan datang dari samping, Zee sasarannya. Seketika mereka bertiga kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh ke bawah jika Zee Marsha tidak berpegangan pada batu.

Zee mendesis, ternyata Amanda dan Christy bekerja sama, ya...

"Heh, seharusnya lo biarin mereka berdua mati di bawah sana, lawan gue jadi tambah banyak, kan," kesal Amanda seraya menunjuk Gita, Kathrina dan Marsha.

"Enak aja, suka-suka gue dong. Daripada lo, anak polos dibunuh. Siapa ya namanya? Oh iya, namanya Taki. Lo pikir gue gak liat?" Balas Kathrina tak takut, justru terkesan menantang, terlihat dari gayanya sekarang.

"Cih, justru bagus kalau dia dibunuh," timpal Christy. "Lawan berkurang, kemenangan datang."

"Heh, diem lo!"

"Lah mulut-mulut gue, suka-suka gue lah!"

"Gak usah copas kalimat gue dong!"

"Emangnya lo siapa? Sini maju, gue bunuh lo sekarang!"

Tembakan mengudara, Mars yang melakukannya. "Kalian bisa diem gak sih?! Daripada ribut gak jelas begitu, lebih baik kita kerja sama. Kita bisa menang, kalian mau menang, kan?"

"Sorry, gue lebih suka menang sendiri," balas Amanda, lalu menodongkan pistolnya tepat ke kening Marsha.




"ARGHHH!"

Marsha refleks berteriak karena kaget melihat tangan terlempar ke udara lalu jatuh di atas kepalanya. Zee menunjukkan smirknya, di pedangnya kini darah mengalir dan menetes ke tanah.

Berbeda lagi dengan Amanda yang saat ini mengerang kesakitan karena tangannya ditebas pedang oleh Zee.

"Sialan, kenapa harus tangan, sih?!" Umpatnya marah, lalu menodongkan pistolnya dengan tangan kirinya.

Dan untuk yang kedua kalinya, Zee memotong tangan Amanda dengan sekali tebas.

Sadis.

"Oh, jadi gitu, ya," gumam Christy disertai seringaian tipisnya.




Peluru ditembakan, Zee menghindar dan maju menyerang Christy dengan pedangnya. Pedang ia angkat tinggi-tinggi, bersiap menebas Christy saat itu juga.

Namun Christy kuat menahan pedangnya hanya dengan menggunakan pistol!

"Shh, lo pikir lo bisa menang, Zee?" Desis Christy, lalu menendang perut Zee dan bersiap untuk menembak.





"Woi, kenapa lengan gue yang ditembak?!" Seru Amanda marah. Tapi Christy tidak peduli, di pikirannya hanya satu, dia harus menang.

"Berisik!"

"Zee disana, arahin pistolnya kesana!"

"Terlambat."

































"Amanda Putri Out."













































District Moriarty, Base 8
Amanda Putri - Out

Game Over

Comment