21

"Pergi! PERGI!"

Seruan demi seruan untuk mengusir keluar dari mulut Gita. Dia kesal sekaligus takut, ular anaconda itu besar sekali! Mulutnya terus terbuka, terlihat ingin menelannya.

Senjata yang ia punya hanyalah belati, cukup sulit untuk mengalahkannya. Sejak tadi, dia terus menusuk-nusuk angin agar ular itu mundur, tapi ternyata tidak sama sekali.

"Kak Gita?!"

Gita terkejut, kemudian dia mengumpat. Kenapa Kathrina dan Marsha datang di saat yang tidak tepat, sih?!

"Kath, jangan disitu!"

Kathrina bergeming, malah asik melihat ular raksasa itu. Dia merinding, tapi kakinya tidak mau beranjak pergi.

Duh, masa Gita harus menghampirinya dan membawanya pergi? Diri sendiri saja sulit, apalagi membawa orang lain.

"Gue bilang jangan disitu!" Seru Gita lagi karena mereka masih diam di tempat.

Melihat kemana Gita memandang, ular itu ikut menoleh kesana. Marsha membeku, ular itu menatapnya sambil mendesis.

Dan dengan cepat ular tersebut melata menghampiri Marsha, Gita panik.

"Kath, mana pistol lo?!"

"Di-di kantong..."

"Cepet tembak ularnya, jangan diem aja!"

Kathrina mendongak takut-takut menatap ular itu. "U-ular, mau jadi pacar gue, gak?"

Mulut Gita langsung menganga. Rasanya, Gita ingin menenggelamkan diri saja ke sungai terdekat.

"Bukan gitu maksudnya, tembak ularnya pake pistol!"

Kathrina yang baru sadar buru-buru mengambil pistolnya dan menembak ular itu tempat di kepala, tapi anehnya ular itu masih bergerak bahkan mulai menjadikannya target!

"Bisa-bisa ada orang bodoh disini," kesal Gita, kemudian berlari ke arah mereka berdua, dan menarik paksa teman barunya itu pergi dari sana, masuk ke wilayah D.

"Kenapa kak Gitamasih hidup?!" Tanya Marsha takut sendiri. "Lo setan ya?!"

"Gue diselamatin seseorang, gak usah banyak tanya, kita harus cari tempat sembunyi sebelum-"

"-zombie dateng."

"Kenapa lo gak bilang dari tadi?!"

"Gimana gue mau bilang kalau ada ular gede itu disana?!"

"Ya tapi seharusnya lo bilang, dong!"

Sial, zombie-zombie itu semakin banyak. Sepertinya wilayah D adalah tempat para zombie, apa tidak ada tempat untuk sembunyi sekarang?!

"Itu mercusuarnya!" Seru Marsha seraya menunjuk ke depan.

Tapi, jangan senang dulu.

Mercusuar itu ada di atas tebing, mereka harus menaiki tangga yang berjumlah ratusan untuk sampai ke atas. Dan sebelum naik ke tangga, ada gerbang besi yang tertutup.

Pertama-tama, mereka harus membuka gerbangnya.

"Kak, lo buka gerbangnya, gue bakal tembak zombienya. Jangan lama-lama!"

"Hati-hati."

Suara tembakan itu bukan berasal dari Kathrina maupun Marsha, tapi dari Amanda! Perempuan itu berlari cepat ke arah mereka sambil menembaki zombie-zombie yang ada di depan gerbang.

"Buruan buka gerbangnya!" Serunya marah.

Kaget, tentu saja. Marsha tidak menyangka kalau Amanda akan membantunya menyingkirkan zombie-zombie itu supaya mereka bisa melewati gerbang.

Tapi dia tidak akan lega begitu saja, Amanda patut diwaspadai. Kalau tiba-tiba ditembak mati bagaimana? Kan kasian Gita, masa mati dua kali.

"Ayo masuk!" Seru Gita seraya membuka gerbang lebar-lebar.

Marsha dan Kathrina masuk setelah Gita, kemudian Amanda. Tanpa menunggu lagi, Gita menutup pagar keras-keras sampai beberapa zombie terhempas ke belakang.

"Zombienya berusaha masuk, gimana nih?!" Amanda panik.

"Biarin aja, kita harus naik dan sembunyi di mercusuar sebelum ular itu sampe kesini," jawab Gita setenang mungkin, padahal jantungnya dangdutan.

"Ayo, tunggu apa lagi!" Ajak Amanda, yang pertama lari menaiki anak tangga menuju mercusuar.

"Hati-hati! Tebingnya curam, nanti jatuh nyawa lo hilang!"

"Gue lebih baik mati jatuh ke jurang daripada mati jadi zombie!"

"Haha! Lambat banget sih, ularnya udah mau sampe loh!" Seru seseorang disertai tawa dari atas.

Ketiganya sontak mendongak, rupanya itu Christy! Perempuan yang saat ini tertawa terbahak-bahak melihat mereka bertiga lelah berlari.

"Aduh duh duh, biar seru gue tembakin satu-satu, ya," lanjut Christy seraya mengambil pistolnya.

Marsha terbelalak. "Kak Gitkath, Amanda, awas!"












DOR!

DOR!

DOR!

"Amanda!"

"Aduh sikut gue!"

"Hahahaha!"

Tawa Christy pecah melihat Nicholas jatuh terpeleset, hampir saja jatuh ke bawah jika Kathrina dan Gita tidak memeganginya.

"Payah, ularnya udah masuk, tuh. Selamat bersenang-senang!" Kata Christy sambil melambaikan tangan.

Marsha meneguk salivanya tegang, ular itu melata naik ke atas setelah memakan zombie yang ada di bawah sana.

"Hei," panggil Amanda tiba-tiba.

Tanpa aba-aba, Amanda mendorong Gita Kathrina dengan kasar ke bawah sana dan mendorong Marsha ke jurang.

Setelah itu dia tertawa, lalu melambaikan tangannya dengan gaya yang sama seperti Christy sebelumnya.

"Sorry, gue pergi dulu ya. Haha!"

Kedua tangan Marsha berpegangan kuat ke batu, urat-urat tangannya mencuat seiring keluarnya kekuatan untuk naik ke atas. Mendadak dirinya pusing.

Jangan lihat ke bawah, jangan melihat ke bawah.

"Kak Gita!" Panggil Christy. "Ularnya bentar lagi sampe tuh, ciee mau dimakan!"

"ARGHHHH!"

Christy tertawa lagi, dia senang. Ular itu menggigit kaki kiri Gita, kemudian menariknya dan mengangkat tubuhnya.

Kathrina dan Gita berusaha untuk lepas dengan menusuk ular itu dengan belatinya. Tapi ular tersebut marah, kemudian melempar tubuhnya menghantam dinding batu disana.

Setelah itu, semuanya gelap.

"Kak Gita, Kathrin!"

Ular itu menegakkan tubuhnya mendengar seruan Marsha. Astaga, tidak seharusnya Marsha bersuara sekeras itu!

Sekarang ular itu melata menghampirinya, dia tidak bisa kemana-mana. Sebenarnya ada satu cara agar tidak diserang ular itu, yaitu melepas pegangannya dan jatuh ke jurang.

Tapi tidak mungkin! Itu namanya bunuh diri, bunuh diri itu tidak baik. Begitu kata mama Marsha sewaktu ia masih kecil.

"Yah temennya pingsan, kasian," ejek Amanda yang sudah sampai di atas. "Sekarang, ayo satu lawan satu, Christy"

"Oke, siapa takut."






















































Amanda Christy tak memperdulikan Marsha yang semakin lama semakin lemas. Pegangannya mulai merenggang, dia tidak kuat lagi.

Ular raksasa itu pun membuka mulutnya lebar-lebar, bersiap melahap Marsha hidup-hidup.



























































Drap drap drap

CRASH!

Seseorang berlari kencang dari belakang, melompat tinggi dan menebas kepala ular itu dengan pedang yang ia temukan.

Dan di saat itu juga, pegangan Marsha pun terlepas




















































Greb!

Tapi, orang itu meraih tangannya dan menggenggamnya erat, berhasil menahan tubuhnya yang akan jatuh ke jurang yang sangat dalam.

Kedua pupil mata Marsha membulat sempurna, dan orang itu terkekeh pelan sembari menarik Marsha ke atas.

"Pemeran utama gak boleh kalah. Karena itu, lo harus bertahan. Dan juga... menang, Maeng."




































































District Hurricane, Base 3
Chloe Zee

Alive
— Pemilik Senjata Rahasia.

Comment