18

"Gracie Asadel Lenathea Out."


"Ternyata gampang juga bunuh anak kayak dia," ucap Amanda santai. "Lucu sih iya, tapi gue gak mungkin lupa tujuan gue kesini untuk apa, ya untuk menang lah. Haha!"

Tas milik Gracie ia ambil, dia juga tidak menyangka akan merebut tas tersebut lebih dulu dari Raisha dan Indira. Sekarang dia memiliki senjata yang bagus, karena itu dia tidak akan bermain-main lagi.

Tunggu saja, Amanda akan membunuh semua orang, terutama Adel.

"Selamat sore menjelang malam! Besok adalah hari terakhir kalian berjuang di Combined District, pemenang akan ditentukan setelah kalian mencapai mercusuar di wilayah D. Siapapun yang bertahan sampai akhir, dia lah pemenangnya."

"Gak kerasa gue udah seminggu disini," gumam Amanda.

"Masih banyak yang bertahan, ya. Bagus juga, saya pikir kalian semua cuma bocah ingusan yang nyasar disini."

Kenapa sih orang itu selalu memancing emosinya? Bikin kesal saja, untung Amanda baru saja membunuh orang. Jadi, emosinya sedikit terkontrol.

"Dah lah, saya mau tidur. Selamat berjuang, kalau kalah terima aja nasibnya, ya."

Menerima nasib? Menerima kekalahan? Huh, Amanda tidak akan kalah. Dia langkahi mayat Gracie, kemudian lanjut mencari peserta lain.
























Dan dia bersumpah akan membunuh Adel di tangannya sendiri, bukan di tangan orang lain.





































































"Gracia Abigail, Fenia Layla, Raden Cornelia Out."


Muthe mengusap pipinya yang terkena cipratan darah. Setelah bersusah payah menyerang mereka bertiga, akhirnya dia bisa mengalahkan perempuan itu.

Kemudian dia meringis, badannya oleng dan langsung berpegangan ke pohon. Kakinya kembali sakit, lebih sakit dari sebelumnya.

Tapi tidak apa-apa, setidaknya dia berhasil membunuh tiga orang sebagai sesuatu yang dapat menyenangkan hatinya.

"Lagian sih ckck, sendirian nyari daun buat dijadiin obat," decak Muthe geleng-geleng kepala melihat mayat Gracia, Feni dan Oniel terbaring di tanah.

"Tapi, kalau diliat-liat lagi... gak ada luka di badannya. Terus, daun yang dia pegang untuk siapa?" lanjutnya bingung.

Apakah dia memiliki teman disini? Itu tidak bagus, Muthe harus mencari orang itu dan membunuhnya diam-diam.

Pasti ada di sekitar sini, dia yakin. Oh, atau jangan-jangan dia ada di atas pohon seperti perempuan bernama Freya itu?

Kalau begitu, mudah sekali. Muthe adalah pemanjat pohon yang handal, walau dalam kondisi terluka sekalipun.

Tapi masalahnya, bagaimana jika orang itu melihat aksi pembunuhannya dan akan menyerangnya tiba-tiba.

Ah, tidak mungkin. Orang itu pasti memilih lari daripada menyerangnya. Karena dia yakin temannya Oniel pasti tidak pandai bertarung sepertinya.

"Hmm, tadi dia jalan ke arah sana, terus dia nyebut-nyebut 'temen itu', habis itu bilang kalau gue bakal dikalahin sama orang itu. Kok gue jadi deg-degan begini ya."

Muthe merinding, tapi sebisa mungkin dia menepis semua rasa takutnya. Dia harus menang, dia akan membuktikan pada Christy kalau dia bukan orang lemah seperti yang temannya itu katakan.

"Siapapun lo, tunjukin diri lo sekarang!" Seru Muthe. "Kalau lo bukan pengecut, tunjukin wajah lo dan jangan sembunyi! Lo pikir gue gak tau lo ada di sekitar sini?!"

Hening. Tidak ada yang menjawab, hanya terdengar suara jangkrik dan hewan malam lainnya.

Muthe tertawa, sepertinya orang itu benar-benar takut padanya sampai tidak mau muncul di hadapannya.

"Tapi, kalau gak mau muncul gak apa-apa. Gue mau cari orang lain, mungkin antara Marsha atau Raisha, pasti seru deh. Oh, atau Amanda aja ya? Haha, bener juga."

Muthe tertawa lagi, lalu mulai melangkah pergi mencari targetnya.

"Muthe, kita ketemu lagi disini."

Deg!

Muthe langsung membalikkan badannya, nafasnya tercekat saking terkejutnya.

"Ke-kenapa lo masih hidup?!"

Orang itu tak menjawab, hanya tatapan dingin yang ia tunjukkan, seolah-olah tidak mau berbasa-basi. Muthe mengepalkan kedua tangannya, kenapa orang itu bisa ada disini?!

Atau jangan-jangan...

"L-lo pemilik senjata rahasia itu? Lo pemilik ramuan itu, kan?!" Tuding Muthe panik.

Orang itu tersenyum, entah kenapa senyumannya terlihat menyeramkan di mata Muthe sekarang, berbeda dari sebelumnya.

"Kalau gitu-" Muthe menjeda ucapannya, memasang posisi siaga dan bersiap untuk menyerang





















































































"-ayo kita buktiin siapa yang bakal menang malam ini, Kak Gita."










District Moriarty, Base 9
Gracie Asadel Lenathea - Out

District Moriarty, Base 6
Raden Cornelia - Out

District Hurricane, Base 1
Gracia Abigail, Fenia Layla - Out

Game Over

____________________________________________

District Hurricane, Base 2
Gitara Alice

Alive

Comment