15

Kathrina berlari sekuat tenaga, dia melihat seseorang terbaring di depan sana. Tubuhnya berlumuran darah, dia yakin itu Lia.

Benar saja, ketika ia tiba disana, orang tersebut ternyata Lia. Heeseung menutup mulutnya tak percaya sekaligus terkejut, kondisi mayat Lia sekarang jauh dari kata baik-baik saja.

Luka tusuk di dadanya terbuka lebar, tangan kanannya terlihat ingin putus dari tempatnya. Di wajahnya terdapat luka berbentuk horizontal, seperti tergores sesuatu yang sangat tajam.

"Kalau Lia ada disini, berarti mereka..."

Iya, pasti mereka bertiga ada di sekitar sini. Dia yakin, mereka pasti bersembunyi untuk berlindung.

Tapi... kenapa dia melihat jejak darah lain? Mengarah ke belakang sebuah... belakang sebuah batu besar!

"Ella!"

Kathrina terkejut, ternyata benar. Ella, Callie dan Marsha ada di balik batu tersebut, namun kenapa banyak darah di tubuhnya?!

"Kalian berdua, kenapa?!" Seru Kathrina lagi, seraya berlutut menyamakan tingginya dengan Ella dan Callie yang terduduk lemas, bersandar ke batu.

Tangan Kathrina gemetar, menyentuh panah yang mencancap di perut temannya itu. Tangan kanan Callie mencekal lengannya, sementara tangan kirinya mengeluarkan sesuatu dari balik tubuhnya, kemudian memberikannya.

"Ambil ini... ja-jaga baik-baik, y-ya."

Marsha menggeleng menolaknya. "Buat apa gue jaga penawar racun ini kalau lo bisa, Cal!"

"Lo gak liat?" Callie terkekeh. "G-gue sama Ella udah kalah, Kath, Sha."

"Siapa yang lakuin ini ke lo?" Tanya Kathrina. Sebenarnya, satu orang terlintas di pikirannya, tapi dia ingin memastikan dengan mendengar jawaban mereka.

"Gue gak tau... a-ada cewel dateng bareng temennya, d-dia maksa gue untuk jujur soal senjata rahasia, padahal gue gak punya, haha."

"Disaat begini masih bisa ketawa?" Mata Kathrina mulai berkaca-kaca. "L-lo gak boleh pergi..."

"B-buat apa gue bertahan, Kath. To-tolong jaga ini, ya..."

"Gue seneng bisa bertahan sampai sini bareng lo, Cal...

..Love you, I say goodbye my Dearest."

Bibir pucat Ella membentuk senyuman. Sebelum akhirnya, matanya terpejam, dan tangannya perlahan terkulai ke tanah.

"Lla.. Tega lo ninggalin gua sendirian.." Callie terisak, ia menangis tak bisa di tahan.

"Gua gabisa sendirian disini lla, kalau lo gabisa menang gua juga gabisa."

Callie mengambil sebuah pistol di belakang badan Ella dan kemudian Ia menembak dirinya sendiri. Ya, Bunuh diri.

"Gabriellan Abigail, Callista Wardana Out."

Greb!

Tangan Marsha dan Kathrina bergerak memeluk Ella dan Callie dengan erat, tangisnya pun pecah. Dia kehilangan temannya, lagi. Hatinya sakit, sampai kapan dia harus begini? Kenapa dia harus mengalami ini?

"Makasih karena udah selamatin nyawa gue dan berjuang sejauh ini Ella, Callie, Lia."

"Ck, dasar bodoh."

DOR

"Woi, berdukanya jangan kelamaan, dong! Ada bahaya jadi gak tau, kan!"

Marsha tersentak, Callie sampai dia dorong karena kaget mendengar seruan orang dari belakang.

"L-lo siapa?"

"Jangan banyak tanya, ambil senjata temen lo dan pergi dari sini!"

Tapi mereka berdua diam saja, membuat perempuan itu mengerang kesal dan mengambil pistol milik Marsha tanpa izin kemudian membidik seseorang yang berdiri di atas batu.

"Eh eh eh, nanti pelurunya habis!" Seru Heeseung panik.

Perempuan itu mengerang lagi. "Aduh, gak guna lo dikasih beginian. Ada gudang senjata gak jauh dari sini, kita kesana sekarang."

"Ta-tapi-"

"Gak ada tapi-tapi, kalo anak kecil ngomong tuh dengerin, kakak cantik," potong perempuan itu sambil terus menembak.

"I-iya."

"Woi, minggir!" Seru orang itu, orang yang tadi menembak Marsha namun berhasil dihalangi oleh perempuan asing berlesung pipit yang entah bagaimana bisa membawa tameng!

"Enak aja, urusin tuh temen lo. Temennya luka kok malah disuruh bunuh orang!" Sembur perempuan itu kesal sendiri. "Mana yang diincer temennya temen gue, gak ada target lain?!"

"Argh! Lo bener-bener ya..."

Orang itu, Christy, berteriak meluapkan emosinya. Berani-beraninya orang itu menganggunya untuk membunuh Marsha, orang yang ia sangka sudah kalah karena ia bunuh dengan racun.

"Kak, dalam hitungan ketiga, lari ke barat. Satu, dua-"

DOR!

DOR!

DOR!

"Woi, gue belom selesai ngitung! Tau ah bodo amat, ayo lari!"

Tanpa membuang waktu lagi, perempuan itu menarik lengan Marsha, Kathrina dan berlari ke arah barat, ke arah yang dia maksud sebelumnya.

"Kalian pikir kalian bisa pergi?! Gue bakal cari kalian kemana pun!" Seru Christy, tapi mereka tak berhenti berlari.

Kathrina menoleh ke belakang sembari berlari. Bukan, dia bukan melihat Christy. Dia melihat sesuatu, seseorang yang menatapnya dari balik pohon sebelum ia ditarik paksa oleh pemuda di depannya.

Kenapa orang itu...































































































Terlihat seperti Gita?

















District Moriarty, Base 7
Gabriellan Abigail, Callista Wardana - Out

Game Over

Comment