05. Apartement; He's the only one






"Udah gue naek motor ae. Pinjem motor lu. Gak ke mana mana kan?" Joshua menghela nafas kasar melihat abangnya yang keras kepala tidak mengijinkannya membawa motor.

"Nggak, udah ayo gua anter aja. Ntar kalo udah pulang wa." Kalimat ini tampak mutlak,dan Joshua tidak lagi bisa berdebat dengannya.

Avan menyuruh Joshua cepat bersiap membawa apa yang harus dibawa sebelum ke apartemen temannya. Joshua hanya memutar netranya malas dan pergi bersiap.




***





"Jangan lupa. Kalo mau nginep ngomong,nanti Verra mau ke apart,nginep." Joshua kaget. Hampir saja ia mengumpati anjing.

"NGINEP?! Awas kelepasan aja lu. Belum nikah, Inget." Avan membuang muka nya malas. Ia langsung cus dengan motornya.

Joshua membuang nafasnya pelan, kemudian berjalan menuju lift bersama Elvar,Arcy dan Aryan. Kebetulan mereka tiba bersama.

"Tadi kamu berbicara pakai bahasa apa sama orang tadi?" Tanya Elvar iseng,memecahkan keheningan diantara mereka.

"Ouh,itu bahasa Indonesia. Kenapa memangnya?" Jawab Joshua santai. Sedangkan Aryan di sebelahnya malah mengerutkan keningnya.

"Bahasa Indonesia? Sepertinya aku pernah belajar bahasa Indonesia tapi kebanyakan tidak seperti itu." Celetuk Aryan,Arcy diam saja. Ia selalu seperti batu.

"Tentu saja berbeda. Yang biasanya orang luar pelajari adalah bahasa baku dan formal,sedangkan yang biasanya dipakai kami kebanyakan tidak baku, informal,dan terdapat berbagi kosakata gaul dan slang-slang yang biasanya memang tidak ada di pelajaran Bahasa Indonesia." Joshua menjelaskan dengan sabar,sembari di dengar oleh Aryan yang akhirnya mengerti.

"Sama seperti bahasa inggris berarti?" Joshua mengangguk.

"Arcy diam saja dari tadi?"

"Eh dia memang pendiam orangnya,tapi kalau sudah dekat dengannya,kalian akan melihat sifatnya." Elvar mewakilkan Arcy menjawab.

"Di lantai berapa si,si Liam?" Tanya Joshua.

"Lantai 3. Nah,sudah sampai."

"Jir ga kerasa." Gumam Joshua berbisik.

Tring!

Arcy memencet bel di dekat pintu.

"Liam! Kita udah di luar nih!" Teriak Elvar dan Aryan.

"Ya,sebentar." Terdengar sahutan dari dalam.

Tak lama pintu di buka,mereka segera masuk,langsung disuguhkan ruang tamu yang terlihat luas. Ruangan juga tidak gerah,karena terdapat air conditioner di ruangan itu,jadi lah dingin.

Oliver adalah sosok pertama yang mereka lihat. Entah Liam si pemilik apartemen keberadaannya.

Mereka segera dipersilakan masuk,sedangkan Oliver menyalakan tv.
Setelah itu tak lama Liam datang,ikut duduk di sofa.

"Kalian sudah bawa bahannya?" Tanya Liam dihadiahi anggukan semua orang.

"Yasudah,mari kita mulai."




***

"Kita istirahat dulu."

Setelah berujar,Liam beranjak dari duduknya. Meninggalkan teman sekelompok nya di ruang tamu.

Joshua hanya mendengus,orang ini sangat menyebalkan. Berbicara seperlunya,tidak peka,dan tidak asik diajak ngobrol. Sangat cuek lagi.

Ia membuka ponselnya,melihat ada pesan dari Queen,segera membukanya.

                           Ale🙈                        

P
Gabut gwehh
✓✓

                                       ih gue sebel bgt tw
                                                                  ✓✓

Sebel knp?
✓✓

Dan terjadilah percakapan panjang. Joshua jadi asik sendiri dengan dunianya. Ravin di sebelahnya curi curi pandang  ke arahnya,ketika melihat Joshua senyam senyum sendiri.

Pasti gadis menyebalkan itu lagi.

Ravin menghela nafas,memilih menyibukkan diri dengan smartphone nya. Keadaan hening,mereka tidak terlalu kenal satu sama lain apalagi dekat. Kecuali Arcy dan Elvar. Katanya sih,mereka teman dari semasa SMP.

Setelah sekitar sepuluh menit saling berdiam diri,—meski Liam sudah kembali tapi tetap tidak ada perubahan—mereka melanjutkan proyek itu.














***




Joshua tiduran di sofa,rasanya lelah sekali. Ia menutup matanya sebentar,tidak berniat tidur,tapi sepertinya takdir berkata lain.

"Udah pada mau pulang yak? Yaudah aku sama Arcy pulang dulu." Ujar Elvar dan pergi bersama Arcy.

"Iya,aku juga pulang dulu ya bro, ayo Yan,katanya mau bareng." Liam hanya mengangguk tanpa sadar masih ada seseorang di apartemennya.

Liam masuk kembali ke dalam apartemen nya. Ia tertegun melihat Joshua yang tertidur di sofa. Wajah cantik itu,entah mengapa ia selalu menghindari nya dari awal.

Kenapa ia tidak menyadari bahwa ciptaan Tuhan yang satu ini sangat cantik? Lihat,kulit putih susu miliknya,rambut berwarna coklat pucat—dessert sandstorm— yang juga terlihat kontras dengan kulit putih susu miliknya.

Bibir merah merekah alami yang sedikit terbuka,mengundang nafsu bagi siapapun yang melihatnya. Lalu pipi merah merona nya yang juga alami menambah daya tarik dan nafsu. Termasuk Liam,lantas mencoba menghilangkan pikiran kotornya dan mendekat.

Kurasa aku bisa menelfon siapapun yang ada di kontak ponselnya,meminta orang rumahnya menjemputnya. Liam berpikir logis,segera mencari ponsel milik pemuda cantik di depannya.

Sandi? Bagaimana aku bisa tahu?

Liam tidak menyerah,mencoba dan mencoba tapi itu tetap tidak terbuka. Akhirnya dia menyerah. Menatap Joshua sebentar, kemudian berpikir,

Mau bagaimana lagi? Aku tidurkan saja di kamar di banding di sini. Kami sama sama lelaki,jadi seharusnya tidak apa apa kan  kalau kami tidur bersama.

Liam menggendong Joshua ala bridal,membawanya ke kamar satu satu nya di apartemen itu. Menidurkannya di ranjang sembari menahan nafas.

Ini terlalu dekat!! Aku bahkan bisa merasakan nafasku dan nafasnya saling menyapu wajah kami!!

Ia menaruh ponsel milik Joshua di nakas,hendak ke kamar mandi mencuci wajahnya sebelum melihat notifikasi pop up pada handphone pemuda manis itu dan merasa dadanya terbakar.

Ale🙈
Kangen elu ihh!!
Kapan balik sih? Bosen
gaada yang bisa gue jailin😔💅🏼

Kebetulan Liam dapat menggunakan 5 bahasa,dan termasuk bahasa Indonesia,ia pernah ke negara itu beberapa kali,dan telah mengetahui beberapa kosakata gaul anak sana sehingga mengerti apa yang dibicarakan dalam pesan itu.

Entah kenapa hatinya terasa terbakar, seperti cemburu tapi ia tidak mau mengakuinya. Ia yakin itu hanyalah rasa sesak biasa.

Ia mengabaikan perasaan aneh itu,namun tidak dengan pikirannya yang 
terus menerus terpikir tentang indentitas orang tadi—yang sepertinya seorang gadis— di pop up pesan Joshua.

Liam memutuskan untuk mandi. Lalu kembali ke kamarnya dengan handuk sepinggang,menampilkan otot perutnya yang ia bentuk selama ini.

Liam melihat Joshua yang masih tertidur pulas di kasurnya. Kembali memerhatikan bibir merah yang sedikit terbuka menampilkan 2 gigi kelinci kecil yang imut.

Ah,rasanya ia ingin mencoba bibir itu. Liam menggeleng kan kepalanya,berusaha menahan nafsu atas dirinya yang mulai bergejolak. Dan ketika ia melihat ke selatannya,benda pusaka itu telah berdiri!! Ia buru-buru mengambil sepasang baju dan ngacir ke kamar mandi,hendak menuntaskan sesuatu sekaligus memakai baju disana.

APA APAAN KOK AKU NAFSUAN SAMA COWO FUCK!!















***

"Huh,"

Akhirnya kegiatan itu selesai. Liam pergi ke ranjangnya dan menidurkan tubuhnya di samping Joshua. Liam membuka handphone nya,tetapi entah mengapa dari tadi matanya tak bisa berhenti mencuri pandang pada Joshua.

Entah apa yang merasuki Liam,tiba tiba ia mendekat,dan menempelkan bibirnya pada bibir Joshua. Melumat pelan bibir itu.

Joshua yang merasa bibirnya di masuki benda tak bertulang,melenguh dalam tidurnya tetapi tidak terbangun. Liam sadar akan hal yang ia lakukan dan segera mengambil kembali bibirnya pergi dari bibir Joshua.

Apa yang sudah aku lakukan?! Apa aku tiba tiba menjadi gay? Ahh,ini salahnya karena terlalu memikat. Tapi aku tidak mungkin seperti itu! Tadi pasti hanya ketidaksengajaan!

Liam sedikit panik,tapi suatu teori di otaknya membuatnya sedikit tenang.

Mungkin ini karena tadi aku teringat adegan dalam suatu film biru,aku jadi seperti itu.

Tetapi...sepertinya ia ingat sesuatu..

AKU KAN TIDAK PERNAH NONTON FILM BIRU!!


























***



"Eunghh~" Joshua melenguh,dan tak lama netra nya mengerjap pelan.

Joshua kaget mendapati langit langit kamar yang asing,ia ingin duduk,tapi suatu benda berat menimpa perutnya,bahkan melilitnya.

Ketika ia melihat ke samping,fitur wajah seorang pemuda yang tampan dapat ditemukan. Pemuda itu sedang tertidur sambil memeluk tubuh Joshua bagai guling. Wajah tidurnya memberikan kesan damai dan garis wajahnya yang tegas menambah kegantengan pemuda itu. Joshua sedikit tidak asing dengan orang ini.

Semenit memandangi wajah itu,Joshua baru menyadari,DIA KAN LIAM! SI KULKAS SOK KUL!! KOK GUE BISA TIBA TIBA DI KAMARNYA?! DIPELUK LAGI ANJENG!

Joshua segera berusaha menyingkirkan tangan dan kaki yang melilitnya,tapi itu malah membuat sang empu terbangun.

2 pasang mata itu saling berkontak. Dua dua nya sama sama baru bangun,sehingga sama sama nge lag juga pikirannya. Mereka saling berkontak mata sebelum Liam menyadari tangan dan kakinya masih melilit tubuh seseorang dan segera melepasnya diikuti kontak mata mereka yang terlepas. Meninggalkan semburat merah di wajah masing masing dengan rasa panas menjalar.

"Akh,m-maaf. Aku tidak sengaja." Liam meminta maaf,tapi ia memalingkan wajahnya—malu.

Joshua mengangguk. Menundukkan kepalanya—ikut malu. Mereka seperti itu sampai Liam akhirnya buka suara.

"Tadi malam kau tertidur di sofa,awalnya aku hendak menelfon seseorang di kontakmu,tetapi ponselmu memiliki sandi sehingga aku tidak bisa menelfonnya. Akhirnya aku membawa mu ke kamarku dibandingkan di ruang tengah karena disana biasanya sangat dingin ketika malam." Joshua sedikit kaget,tapi tak ayal mengangguk lagi.

"Tidak apa apa. Ini salahku juga memiliki kebiasaan tertidur ketika kelelahan." Liam mengangguk.  Kemudian atmosfer di ruangan itu kembali hening.

"Mmm..apa kau menyimpan ponselku?"

"Ah,ada. Seperti nya tas mu masih di sofa." Joshua hanya mengangguk.

"Kau mau langsung pulang?

Tanya Liam,awalnya Joshua hendak mengangguk,tapi..

Bagaimana kalau sarapan dulu?" Liam memotongnya. Karena merasa tidak enak,Joshua akhirnya mengiyakan.





***

"Kamu tunggu saja di meja makan. Nanti aku mau masak dulu." Liam berujar,tapi entah kenapa Joshua memiliki ide lain yang menurutnya akan membuat mereka akrab dan mungkin lebih seru.

"Mmm..bisakah aku membantu? Kupikir aku akan bosan jadi mungkin lebih baik aku membantu. Aku bisa masak kok!" Liam tertegun. Tapi tak ayal ia mengangguk menyetujui.

"Boleh. Sekiranya mungkin masak nasi goreng aja kali ya? Kebetulan aku ada sisa nasi semalam." Joshua menyetujui nya. Daripada dibuang sia sia nasi itu,lebih baik dijadikan nasi goreng.

"Ide bagus. Sayang nasi sisa itu."

Mereka kemudian memasak apa yang direncanakan di awal. Gelak tawa menghiasi momen itu. Tak lama,mereka telah akrab seperti sudah berteman baik 5 tahun padahal baru beberapa menit yang lalu.

Ketika memasak saja mereka ramai,tetapi,ketika di meja makan keadaan masih sering hening. Mulai kehabisan topik agaknya.

Sampai suara notifikasi..

DUAR ENMEXX

Ya,suara itu. Datang dan mengacaukan suasana hening saat itu. Joshua panik dan Liam linglung.

"Kemana aja lu semaleman? Kok ga nelfon atau ngabarin gitu seenggaknya."

"Hehe,iya maap kemaren gue nginep,bentar lagi pulang kok. Btw..lu ga khilap kan?"

"E-engga! Mana ada! Gue mana berani ngerusak anak orang!"

"Good deh,yaudah jemput lah,di tempat yang kayak kemarin."

"Ya."l

Pip.

Liam masih terdiam. Sampai Joshua menyadarkannya,pamit dan berterimakasih sudah memberikannya tempat untuk menginap. Liam hanya diam dan mengangguk,lalu membantu Joshua beres beres dan mengantarkannya sekaligus menunggu jemputannya datang di parkiran.

**


"Aku ga mungkin jadi gay kan?"

**

Double up for you

Comment