03 : First Day;he's the only one

Pagi ini Joshua sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia tengah menatap dirinya sendiri di cermin. Sambil memuji dirinya sendiri dengan kata kata "Tampan, ganteng" dan lain lain.

"Jo jangan lama lama! Gue tinggal nih!" Itu Avan. Abangnya yang ternyata super cerewet dan menyebalkan.

"Iya iya bentar!" Joshua bergegas mengambil tasnya,tak lupa ponselnya yang sekarang berbunyi itu. Ada notif dari kesayangan-tentu saja Queen.

Ia membaca nya dari pop up pesan,disana tertulis

Ale🙊
Pagiii
Jangan lupa cari temen!! Minimal 2/3 kek!!

Joshua terkekeh,telinganya memerah. Ia tak membalas pesannya,berniat menelfonnya nanti saat istirahat.

Joshua dan Avan pun bergegas pergi ke sekolah nya masing masing.






















































































































"Eh ini bener kan ya kelas 10.D?" Joshua melihat papan nama kelas di depan sebuah kelas.

"Yup! Benar!" Joshua pun berjalan masuk.

Ia melihat sekeliling. Perhatian nya teralihkan pada seseorang yang duduk di belakang sendirian,ia tampak tak asing di matanya.

Orang itu yang merasa diperhatikan pun menoleh, melihat sosok Joshua dan segera melambai padanya. Berisyarat untuk duduk bersama nya saja.

Orang itu adalah Ravin. Joshua sedikit kaget mereka akan sekelas,tapi setelahnya yasudah lah.

Ia menghampiri Ravin,berniat duduk bersamanya. Toh ia cuma kenal Ravin disini. Ia harus memiliki teman,setidaknya 2 atau 3. Itulah yang dikatakan Queen. Selama ini ia terlalu nolep dan selalu bersamanya,ia bahkan jarang bermain bersama teman kelasnya karena selalu sibuk bersama Queen.

"Eh Joshua,kukira kita tidak akan sekelas."

"Emm,ya,"












..

-Selamat menikmati dan jangan lupa buang sampah pada tempatnya.

Bel berbunyi. Tanda istirahat pertama di hari pertamanya.

"Joshua mau ke kantin bareng aku ga?" Tanya Ravin. Suasana kelas ini yang agak suram membuatnya hanya dapat mengakrabkan diri lebih pada Joshua.







flashback on



"Hmm,mari kita buat struktur kelas. Siapa yang mau jadi ketua kelas? Gapapa angkat tangan saja,jika tidak ada yang mau baru ibu yang memilih." Ujar seorang guru yang bernama Ana. Ia wali kelas di kelasnya Joshua.

Seorang siswi mengangkat tangannya,siswi itu diketahui bernama Adhien Verryazca. Perempuan cantik dengan rambut pendek se bahu nya yang tampak menawan.

"Hm? So what's your name dear?" Tanya ibu Ana.

"Nama saya Adhien Verryazca,Bu." Jawab Adhien seadanya.

"Baiklah,karena hanya Adhien yang bersedia jadi ketua kelas di kelas ini,maka ditetapkan ketua kelas kita yaitu Adhien ya. Siapa yang mau jadi wakil ketua kelas?"

Seisi kelas hening. Entah bisa mendadak atau memang masih canggung dengan suasana kelas dan orang baru yang terlihat asing.

Joshua pun tak berani berbicara,begitu pula dengan Ravin yang duduk di sebelah nya. Mereka duduk di kursi ke 2 dari belakang. Sementara belakang mereka terdapat 2 perempuan yang tampak cantik.

"Yasudah ibu yang pilihkan." Guru cantik itu kembali berjalan ke arah yang agak berlawanan dari tempatnya tadi,ia sedikit tertarik dengan salah satu pemuda di sana.

"Baiklah. Kamu ya. Namamu siapa?"

"Nevo Arkasa,Bu."

"Owh,kamu pindahan dari Indonesia ya?" Siswa bernama Nevo itu mengangguk.

Joshua sedikit kegirangan. Setidaknya ia tidak sendirian disini yang berasal dari asia.


skip-



"Perkenalkan nama saya Joshua Niely Kane. Saya pindahan dari Indonesia,tepatnya dari SMP Davara. Senang bertemu dengan kalian! Semoga kita berteman!" Diakhiri dengan senyum manis, Joshua mengakhiri sesi perkenalan dirinya yang agak canggung.

Orang orang disekitar tampak menatap dirinya,dengan tatapan yang sulit diartikan. Salah dari 2 perempuan dibelakang nya seperti....

Ah,Joshua tidak perduli.selanjutnya Ravin pun lanjut memperkenalkan dirinya.

Joshua maupun Ravin yang tampak sama introvertnya dengan nya pun agak gugup. Dan entah mengapa Joshua merasa perempuan di belakangnya tengah menatapnya.

Dan Joshua sangat membenci suasana hari pertama ini,dan,kelas itu tampak sangat suram.



flashback off.


"Kamu mau apa?Biar aku pesankan. Kau cari saja meja yang kosong." Ravin berujar kepada Joshua. Mereka harus cepat,sepertinya kantin mulai sangat ramai.

"Emmm, sandwich saja satu dengan cola." Ravin mengangguk. Mereka pun berpisah dan pergi dengan urusan nya masing-masing.

Dalam misi mencari meja yang sepi dan tidak berada di pusat perhatian,Joshua mendapatkan kesulitan untuk itu. Pertama,tinggi nya yang rata-rata membuat remaja itu kesusahan mencari meja kosong diantara lautan manusia yang kelaparan.

Tapi akhirnya dia menemukan satu meja yang masih kosong yang berada di pojok. Tempat yang strategis! Ia langsung berlari ke sana. Duduk dan membuka ponselnya.

Ia menelfon Queen,video call. Sepertinya disana sudah malam. Hmm...disini sudah jam 10 siang,berarti di Indonesia sudah sekitar jam 9 malam kan? Kalau tidak salah perbedaan jam antara Amerika dan Indonesia itu 11 jam.

Ia memulai panggilan video itu. Tak lama,sosok yang Joshua sukai itu menampakkan batang hidungnya.

"Lagi ngapain sih lu?" Tanya Joshua melihat Queen yang sepertinya krasak krusuk di kamarnya yang tampak gelap.

Queen tak menjawab,entah ia sibuk ngapain. Tapi terdengar suara krasak krusuk plastik dan kemudian ia menyalakan lampu kamarnya.

"Tadaa! Cemilan malam untuk menemani kuh begadang" Queen berucap dengan kata terakhir nya yang ia dramatiskan nadanya dan wajahnya.

Joshua cekikikan. Lucu sekali.

"Disono udah malem yak. Disini baru jam 10 siang ih" Joshua mengalihkan topik.

Sosok Queen di seberang tampak mengangguk. Ternyata jam nya jauh berbeda.

Puk

Joshua menoleh. Melihat Ravin yang tersenyum padanya sembari duduk dan meletakan pesanannya. Ia tampak sedikit melirik ke arah ponsel milik Joshua dengan tatapan tak bisa diartikan.

Joshua tak mengindahkan apalagi menyadarinya. Ia mengambil sandwich nya dari tangan Ravin. Kemudian Ravin menyerahkan sekotak susu coklat. Joshua kebingungan. Bukannya tadi dia meminta cola?

Tapi ia tak menolak,toh susu coklat juga tidak buruk.

"Eh maaf ya,tadi cola nya sudah habis. Yang tersisa hanya susu coklat." Raut wajah Joshua seketika berubah ketika menyedot susu coklat itu. Rasanya enak sekali!

Ravin nge blush. Melihat pujaan hatinya yang terlihat sangat lucu saat meminum susu coklat. Tak salah ia membelikan susu coklat alih alih cola. Sebenarnya ia sengaja tidak membelikan cola,itu tidaklah baik bagi kesehatan nya,dan alibi tadi hanya kebohongan semata.

Jangan beritahu Joshua ya! 😉😉



**"







"Umm! Enak banget! Makasih ya Ravin!" Joshua tersenyum tulus pada Ravin. Jarang jarang loh ia begini.

Ravin yang di beri senyum semanis gula itu salah tingkah. Degup jantungnya berpacu dengan cepat,nafasnya memburu hanya dengan melihat senyum manisnya. Tunggu! Bagian selatannya juga menggembung! Oh my god!

"E-ee..a-aku ke toilet dulu ya sebentar!"

Joshua menatap punggung pemuda itu keheranan. Sementara Queen yang sedari tadi jadi nyamuk tak memedulikan nya,ia memang melihat Joshua saat meminum susu coklat tadi,dan ia akui Joshua itu memang cantik! Terkadang ia iri dengan itu. Tapi itu sahabatnya sendiri,ia juga yakin Joshua itu lurus.

"Dia siapa?" Queen bertanya dengan selidik. Namun senyum jail terbit tipis di wajahnya.

"E-eh?! D-dia cuma temen gue kok! Kemaren ga sengaja ketemu pas lagi jalan pagi,terus kebetulan hari ini sekelas. Jadi bareng." Joshua tampak gelagapan menjawab pertanyaan penuh selidik sahabatnya. Rasanya seperti di posesif-in.

Yup,Joshua emg ga peka sama sekali. Pdhl si Queen becanda doang kan yak

"Owhh. Yaudah dimakan sandwich nya. Jangan diliatin doang! Laper kan luwh?" Aduhh! Queennya ini peka sekali!

"Hehe,kok tau" Joshua cengengesan,lalu membuka bungkus sandwich nya. Tapi sedetik sebelum ia menggigit sandwich itu,ia tersadar.

"Ntar ah nunggu Ravin aja,gaenak Le."










+++





"Kamu tadi buang air besar ya? Kok lama banget?" Tanya Joshua. Sedangkan sang empu yang ditanya malah cengengesan.

Mereka telah selesai makan. Tapi bel masuk belum juga berbunyi. Dan mereka memutuskan untuk kembali saja ke kelas.

'Duh,kok tiba tiba banget ni panggilan alam!' Inner Joshua tampak menahan sesuatu.

"Eh Vin,kamu duluan aja deh,aku mau ke toilet dulu! Ada panggilan alam tiba tiba nih!" Ravin mengangguk. Mereka berpisah di lorong.






🧻🧻🧻












"Aaahh.. akhirnya lega juga." Desah Joshua mengakhiri sesi buang air kecilnya.

Setelah me-flush dan cebok ia keluar dari bilik toilet yang ia pakai itu. Hendak cuci tangan di wastafel.

Tepat di saat ia keluar,seorang pemuda dengan perawakan tinggi dan terlihat tampan juga ikut keluar dari bilik sebelah. Joshua mengedikkan bahu,merasa itu bukan urusan nya.

Mereka sama-sama cuci tangan di wastafel. Tapi pemuda itu lebih dulu selesai. Dan entah mengapa,pemuda itu tidak segera pergi dari sana dan malah menatap lamat Joshua seakan sedang menyelidiki. Semburat merah juga terdapat pada telinganya.

Merasa risih ditatapi dengan penuh selidik,Joshua menoleh dan bertanya,

"Ada a-"

Belum selesai menyelesaikan kalimat tanya nya,lengannya ditarik oleh pemuda itu menuju pojok. Ia di kabedon. Pemudanya itu lagi lagi menatap nya,kali ini menatap mata coklat hazel nya dalam dalam. Joshua tak berontak,karena ia juga bingung. Juga,entah siapa pemuda ini.

Pemuda itu tampak gusar,lalu melepaskan kabedon nya.

"Kamu-kok bisa?"

Joshua menatap polos wajah yang kini telah secara tiba tiba menarik nya dan memperhatikan matanya lamat lamat.

"Apanya? Harusnya aku yang nanya ga sih? Kamu siapa? Kenapa tiba tiba narik terus begini?" Kerutan terbit di dahi Joshua. Ia sendiri bingung ada apa dengan pemuda ini. Kenal pun tidak tapi ia bersikap aneh.

"Eum,gapapa. Maaf." Belum sempat Joshua menjawab,pemuda bersurai hitam itu telah pergi meninggalkan Joshua yang kebingungan.

"Apasih? Kenapa orang Amrik aneh aneh?"











💫💫•



"Udah?" Joshua mengangguk. Ia kembali duduk di kursinya.

"Yang tadi itu siapa Jo?" Ravin mencoba bertanya. Entah siapa yang ia maksud ini.

"Yang mana?"

"Yang tadi video call sama kamu,aku nggak ngerti bahasanya." Joshua ber oh ria. Oh,itu mah udah pasti Queen.

"Owhh,itu namanya Queen. Dia sahabat ku dari kecil." Joshua menjelaskan.

"Kok dia ngga berbicara pakai bahasa inggris?" Ravin masih penasaran,ia tau Joshua orang Asia,tapi ia tidak tahu Joshua berasal dari negara mana.

"Oh,iya kami memang tidak berbicara bahasa inggris di negara asal kami. Soalnya kami berasal dari Indonesia. Maaf ya jika kamu tidak mengerti apa yang ia katakan." Joshua sedikit cengengesan.

"Iya gapapa."

'Kenapa telinganya tampak merah ketika membicarakan gadis itu? Apa hubungan mereka yang sesungguhnya? Oh iya,aku baru tahu Joshua orang Indonesia, ternyata orang Indonesia cantik-cantik sekali!'





Vvv-·



Matahari yang tadi nya berada di puncak nya,kini mengalah dengan bulan karena memang sudah waktunya ia tenggelam. Malam pun dihiasi bulan dan bintang yang menyinari seluruh kota.

Punggung pemuda yang tengah duduk di dekat jendela itu naik turun mengikuti setiap tarikan dan helaan nafas sang empu. Ia memandangi bulan yang menggantung di langit.

Pemuda itu bangun dari duduknya,pergi keluar-menuju ruangan rahasia nya.

"Laki laki manis itu bernama Joshua Niely Kane? Marga Kane? Tampak tak asing bagiku."

Pemuda itu tak lain adalah Kaivindra Lincoln. Satu satu nya penerus keluarga Lincoln-keluarga kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang.

Pemuda itu,adalah pemuda tadi yang secara tiba tiba menarik Joshua dalam kabedon nya.

:vv

Iya pendek😔
Kayak kamu
ga janda😁🙏🏼

Vote seng! Lopyu all

Comment