Dari Penulis ...

Dulu ada fans Paolo Coelho yang membaca ini dan kecewa pada kualitas narasinya. Saya ingat dia membanding2kan cerpenku dengan cerpen Coelho hanya karena berjudul sama. Sesungguhnya, judul "By the river of ..., I sat down and wept", bukan milik Coelho seorang. Beliaupun mengambilnya dari kitab injil dimana warga Yahudi duduk di tepi sungai Babylon dan menangisi tanah air mereka yang begitu jauh (karena mereka sedang berada dalam masa pembuangan). Saat itu keadaan begitu menyedihkan bagi mereka karena sebagai bangsa yang dipaksa meninggalkan tanah kelahiran mereka, merasa kehilangan identitas, terisolasi dari kebudayaan berarti terisolasi dari jati diri. Mereka merindukan kampung halaman dan hanya bisa menangis.


Tapi tentunya isi cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan cerita Coelho maupun adegan di Injil itu. Judulnya kubuat demikian karena kalimat itu memiliki makna yang dalam mengenai kerinduan akan sesuatu yang dicabik paksa dari diri seseorang atau sebuah bangsa. Lagipula kejadiannya juga sama-sama di tepi sungai, kan?


Ngomong-ngomong soal cerita ini, waktu pertama kuupload versi originalnya di fanfiction.net dulu, ada yang bertanya, "Memangnya beneran Cao Pi setega itu sama Zhen Ji?" 


Ada lagi pertanyaan lain, "memangnya beneran Zhen Ji selingkuh sama Cao Zhi?"


Dan menurut Wikipedia, ya. Cao Pi setega itu. Bahkan versi populernya, Zhen Ji dipaksa minum racun gara2 dipaksa Cao Pi, setelah itu jasadnya dirusak. Ada versi lain yang tidak populer juga mengatakan kalau Zhen Ji dibunuh oleh suaminya sendiri karena diduga berselingkuh dengan Cao Zhi. Perihal perselingkuhan ini, saya tidak tahu benar atau tidak. Tapi ide cerita ini muncul pada saat saya membaca tentang dewa dewi Tiongkok dan menemukan Luo Shen Fu (Bidadari sungai Luo), yang konon dikarang oleh penyair populer pada zaman Sam Kok bernama Cao Zhi. 


Karena tertarik, maka saya mencari tahu lebih lanjut dan menemukan puisi Cao Zhi yang sengaja saya lampirkan translasi bahasa Inggrisnya pada bagian akhir cerita. Puisi itu menggambarkan kecantikan dewi Mifei, si Luo Shen Fu, dan gosip yang beredar menyatakan bahwa gadis yang sedang dipuisikan itu sebenernya adalah Zhen Ji. Mungkin kalau cuma sekadar gosip, kita bisa mengabaikannya dan menganggap orang hanya bercocoklogi. Tapi kenyataannya(kabarnya), Cao Rui (anak kandung Cao Pi dari Zhen Ji) memusuhi paman penyairnya itu sampai membuangnya ke daerah terpencil cuma gara-gara puisi itu.


Membaca puisi Cao Zhi itu, langsung segera terbayang olehku apa yang ada dalam pikiran Cao Zhi saat menulisnya, apa yang dia fantasikan. Pada saat membaca puisi itu sungguh-sungguh, aku benar-benar terenyuh merasakan dalamnya perasaan Cao Zhi pada siapapun gadis yang sedang dibicarakannya. Dan apapun yang terbayang olehku pada saat membaca puisi itu, aku tuliskan dalam cerita ini, dan kuhubungkan dengan moment terkenal Cao Zhi lainnya, yaitu pada saat dia membuat puisi dalam tujuh langkah dan membuat semua orang yang mendengarnya terharu, termasuk Cao Pi sendiri.


Baik menyukainya atau membencinya, aku berterima kasih pada kalian yang bersedia meluangkan waktu untuk membaca fanfiksi ini. Aku sudah memperbaiki cerita dan narasinya sedapat mungkin agar jadi lebih enak dibaca. 







Comment